Sabtu, 12 Juli 2014

Keberpihakan Media

"Berdasarkan pemantauan KPI, kami menilai, menjelang pilpres, beberapa televisi menunjukkan ketidaknetralan," - Komisioner KPI bidang pengawasan, Agatha Lily.

Jika hari ini kita membaca kalimat  "Presiden Pilihan Rakyat" tentu aneh apabila di saat itu juga kita tidak melihat wajah Prabowo Subianto, capres nomor urut satu di Pilpres 2014. Begitu juga dengan "Presiden Pilihan Kita" yang tidak lepas dari sosok seorang Jokowidodo sebagai capres nomor urut dua. Bukan rahasia lagi kalau TVOne dan MetroTV, secara terang-terangan menunjukkan subyektivitas mereka kepada salah satu capres yang berafiliasi dengan pemilik masing-masing stasiun televisi dengan cara menyuguhkan berita dengan porsi yang timpang. Berat sebelah. Ini menjelaskan bahwa media secara terstruktur melakukan pembelaan terhadap kepentingan pemilik. Kita baru berbicara mengenai media yang menunjukkan secara terang-terangan, belum media televisi ataupun media massa lain yang tidak secara jelas memperlihatkan dukungannya, namun secara halus baik kita disadari ataupun tidak untuk menggiring opini masyarakat dan menguntungkan pihak tertentu. Sehingga muncul pertanyaan di benak kita. "Adakah media yang netral?".

Kebutuhan akan media yang netral

Tentu pertanyaan mengenai adanya media yang netral perlu didahului dengan pertanyaan "Perlukah kita mengakses media yang netral?" Pengertian netral dalam pengertian penulis adalah media menyampaikan informasi yang akurat, utuh, dan berimbang. 

Sudah jelas bahwa kita membutuhkan informasi yang akurat. Akurat disini berarti semua fakta yang disampaikan haruslah sesuai dengan keadaan sebenarnya karena memang merupakan arti dari fakta itu sendiri. Predikat "benar" memang sebuah hal yang wajib ada pada informasi yang akan disampaikan oleh media. Tanpanya, si informasi akan hancur dengan sendirinya.

Namun seringkali akurat saja tidak cukup. Kita dapat dengan mudah menemui informasi yang akurat sesuai fakta, namun apakah informasi tersebut merupakan suatu fragmen yang utuh? Kesan yang diterima oleh penerima informasi tersebut serta kesimpulan dan opini yang terbentuk dapat berbeda jika fakta yang diperoleh tidak utuh. Sama seperti melihat dua anak kucing yang saling  gigit dan cakar satu sama lain. Tambahkan saja headline "Hewan kanibal saling serang dengan saudara kandungnya." Tanpa kita tahu bahwa itu memang cara mereka untuk bermain dan melatih insting berburu mangsa, tentu kesimpulan yang diambil dapat berbeda dengan keadaan sebenarnya.




Poin terakhir adalah informasi yang berimbang. Seringkali ketika kita lihat setelah berita ditayangkan dan narasi dibacakan di televisi, pembawa berita mendatangkan narasumber untuk mempermudah kita mencerna informasi atau memberikan pendapatnya melalui sebuah sudut pandang dalam menyimpulkan informasi dari berita yang ditayangkan. Semakin beragam pendapat dan sudut pandang yang dimunculkan maka akan semakin mudah kita mengambil kesimpulan yang paling tepat, dengan catatan berbagai sudut pandang dan pendapat tersebut disampaikan dengan porsi yang seimbang. Akan percuma jika banyak argumen namun porsinya timpang pada salah satu argumen sehingga menggiring opini bahwa argumen itulah yang paling tepat, padahal pada kenyataannya tidak demikian. Hal ini menunjukkan bahwa kita butuh informasi yang berimbang . 

Maka adalah sebuah kewajiban bagi media untuk netral dalam menyampaikan informasi bagi masyarakat. Bahkan hal ini diatur dalam Undang-Undang No 32 tahun 2002 Bab II pasal 2:

Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. 

 Media Berpihak, salah siapa? 

 "Di era politik modern, hampir sebagian besar proses politik sesungguhnya merupakan politik yang termediakan. Artinya, perantara antara elite dan massa tidak lagi dominan dilakukan partai maupun kelompok politik, tetapi makin banyak diambil alih oleh media." Herfriady Dosen STISIPOL Candradimuka Palembang 

 Sehingga wajar jika sebagian besar media pun sesungguhnya merupakan media yang terpolitisasi -bila dapat dikatakan seperti itu-.Zaman sekarang, masyarakat tidak akan pernah jauh dari media. Hampir sepanjang waktu kita berhubungan dengan media, terutama media elektronik. Tidak heran jika orang-orang yang berkepentingan untuk membentuk suatu opini pada masyarakat menggunakan media sebagai senjata utama dalam mencapai tujuannya. Apalagi jika para pemilik media itu merupakan orang politik, sehingga mudah baginya untuk memanfaatkan media miliknya demi keuntungan politik pribadi.

Media dapat dengan mudah membantu mengemas si pemilik dalam framing pemberitaan serta mengurangi nilai jual lawan lawan politiknya. Framing dalam hal ini, adalah metode penyajian realitas di mana kebenaran tidak diingkari secara total, namun dibelokkan secara halus (Agung Sudibyo). Di negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun, media dapat menjadi sangat menggebu-gebu bila pemerintah mengeluarkan kebijakan yang kontradiktif, namun sepi saat pemilik nya terlibat kasus hukum. 

Tanpa kita tinjau dari pemiliknya pun, sang jurnalis sendiri tanpa disadari atau tidak akan cenderung kepada pihak yang memiliki kesamaan ideologis dengannya. Sehingga zaman sekarang ini, untuk menemukan media yang independen hampir mustahil. Memang sah-sah saja pemilik dari sebuah media ataupun seorang jurnalis memiliki kecenderungan untuk memihak namun tidak berarti apa yang ditulis atau disampaikan mengesampingkan asas-asas jurnalistik, atau bahkan asal menyampaikan peristiwa. 

Kepercayaan yang jadi taruhan

Pilihan untuk menambahkan bumbu dan membelokkan kebenaran dari sebuah berita, atau menyampaikan fakta yang utuh dan akurat disertai ulasan yang berimbang, sepenuhnya berada di tangan media. Namun konsekuensinya berpengaruh langsung pada kepercayaan pemirsanya. Jangan sampai karena menyampaikan kebohongan demi kepentingan sesaat, tetapi hasilnya adalah kehilangan kepercayaan selamanya. Jangan karena nila setitik, rusak susu sebelanga. 

Atau dari awal isi belanganya adalah nila? . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar